Minggu, 11 Desember 2016

TurBung 2: Satu Bahasa Jutaan Makna Cerita



.

DA AKU MAH APA ATUH? 

Refleksi dan Introspeksi Diri Segenap Rakyat SocMed



Hasil gambar untuk bondan and fade 2 black

Satu bahasa jutaan makna cerita..”



—Bondan Prakoso feat Fade 2 Black
I
stilah “Da, aku mah apa atuh?” sebenarnya sudah kadaluarsa sekitar satu tahun yang lalu. Meskipun sudah kadaluarsa di DuMay (Dunia Maya), tapi kalimat ini semakin menggema di DuNya (Dunia Nyata). Kalimat gaul orang Sunda ini dipahami bukan hanya oleh orang Sunda itu sendiri. Orang Sumatera, Kalimantan, Betawi, Jawa, Madura, Bali, Sulawesi hingga Papua pun mengerti. Terserah Anda mau menilai itu sebuah fakta atau opini. “Yang penting happy” kata jin Djoko pada iklan rokok Djarum 76. Ups, sensor! Iklan vroh, heuheuheu.  
Hasil gambar untuk Jin Djarum 76Kembali ke tema awal, bukan ke laptop ya.  Dalam bahasa resmi kita, bahasa Indonesianya itu, kurang-lebih artinya “Siapa sih saya ini?” yang bermakna merendahkan hati. Eits rendah hati, bukan rendah diri lho. Rendah hati itu identik dengan tawadhu’ yang diterapkan ketika sedang berinteraksi dengan sesama manusia, bahkan sesama makhluk baik yang sudah mati atau yang masih hidup. Sedangkan rendah diri hubungannya dengan tadlarru’,diaplikasikan manakala berhadapan dengan Tuhan. Bagi penganut agama Islam, tawadhu’ dilakukan saat ahli ilmu bertemu dengan orang dungu dan tadlarru’ dilakukan saat sembahyang shalat misalnya. Kalau boleh saya bilang, kalimat “Da Aku Mah Apa Atuh?” menyimpan semangat flashback to your basic, kembali ke laptop! Eh, kembali ke jati dirimu. Kamuu.. iyaa kamu, hehe.
Sebelum lanjutin tentang power rendah hati yang terkandung dalam kalimat “Da, aku mah apa atuh?”, mungkin Anda menyangka tulisan ini bakal menyoroti perkembangan kalimat “Da, aku mah apa atuh?” karya comic sunda yang entah siapa pengarangnya. Kayak lagu daerah aja, tak diketahui pengarangnya. Bukan. Bukan itu yang ingin saya tuliskan disini. Namun, entah si Rey atau si Adol, dua nama yang tertera pada puisi comic sunda ketika penulis download Mp3-nya tersebut yang punya peran penting dalam mempopulerkan kalimat Sunda itu. Penasaran kayak apa sihlirik lagunya? Beneran penasaran? Penasaran banget apa penasaran aja? Haha, mau tau lirik lagunya? Ok,Cekidot:

Terserah dirimu menilaiku semuanya
Karena aku hidup dengan begini adanya
Persetan dengan kamu, kalian juga mereka
Aku sadar, DA AKU MAH APA ATUH?
Ku jalani semua dengan semangat tersisa
Walau hati ini juga terkadang terluka
Ku sabar dan tabah untuk jalani semua
Aku sadar, DA AKU MAH APA ATUH?
Melihat pacarnya cantik jangan iri
Melihat mobilnya matic jangan iri
Mending ge geura dahar engke bisi salatri!

Bagaimana? Menarik bukan? Haloo? (krik, krik, krik, krik) :D
Menarik bagi yang merasa lucu atau asing, baru mendengar kalimat Sundanya itu, “Da, aku mah apa atuh?” dan “Mending ge geura dahar engke bisi salatri!”. Khusus kalimat yang terakhir, artinya tuh “Buruan cepet makan, ntar sakit perut!” (kalau gak salah, heuheu). Selain si Rey dan si Adol, ternyata ada juga yang merilis lagu dengan judul “Da, Aku Mah Apa Atuh?” dan “Da, Aku Mah Atuh Apa?”. Mereka diantaranya; Kuda Band, Welcome To My House (WTMH) dan Balada Panas Dalam (BPD) oleh seorang bernama Novita. Yang lebih booming itu bukan lagunya sih, tapi puisinya. Tengok yuk:

Da Aku Mah Apa Atuh?
Semerbak terasa aroma bau bahan kamu
Saat aku dekatimu dengan motor tuaku
Lalu kamu menyapaku dengan merdu
“aa.. suku aku kagéléng”
Gejolak hasrat mengajakmu menikah
Dengan seperangkat alat terbang
Tapi..
Da aku mah apa atuh?
Meskipun beungeut hideng juga
Tapi pengen wéh ari membuat hidup kamu berwarna mah
Da aku mah apa atuh?
Meskipun jiwa dan raga ini kotor
Tapi pengen wéh ari memberikan cinta yang suci ke kamu mah
Da aku mah apa atuh?
Meskipun bodo juga
Tapi pengen wéh ari isi kepala cuma kamu seorang mah
Da aku mah apa atyh?
Meskipun motor masih nyicil juga
Tapi pengen wéh ari maskawin dibayar kontan mah
Da aku mah apa atuh?
Meskipun bau kélék juga
Tapi pengen wéh ari bikin kamu nyaman bersandar dibahu aku mah
Tapi, belum apa-apa
Kamu menyudahi hubungan ini
Hanya sameut dieu aja
Tapi keun.. da hirup aku mah emang peurih    
Kaos kaki juga logor
Dikaretan wéh biar gak morosot ka handap
Keun.. da hirup aku mah peurih
Pengen dibilang gaul
Pas beli baso juga bilangnya “GWS” bukan “GPL”
Keun.. da hirup aku mah peurih
Nyapa kamu juga tara diwaro
Tembus pandang meureun aku mah nya?
Keun.. da hirup mah peurih
Pengen makan yang pedes-pedes juga
Aku mah lain ku sambel, tapi sireum ateul wéh ditambulan
Keun.. da hirup mah peurih
Kadang diatas, kadang dibawah
Kadang neuktek kuku pondok teuing
Da aku mah apa atuh?
Hirup juga peurih
Kumaha wéh beuteung
Teu dibéré dahar dalapan dinten

Dibuat bingung sekaligus heran kan dengan puisi diatas? Haha, tenang.. saya sisipkan kosa kata Basa Sunda di halaman... cari sendiri! Da hirup mah peurih heuheu
Anda mungkin mengira saya akan membeberkan tembang dangdut “Da  Aku Mah Apa Atuh?”-nya Cita Citata alias Wika Salim? Oh, bukan juga. Jadi gak asik nih kalau gak dikasih lirik lagunya, cekidot dah:

Da aku mah apa atuh?
Cuma selingkuhan kamu
Aku mah apa atuh
Cuma pacar gelapmu...

Stoop! Jangan panjang-panjang liriknya. Ntar pada keenakan lagi, terus terbawa suasana jadi goyang dumangampe guling-guling saking senengnya heueheu. Lagu dangdut yang sudah hits itu sebenarnya ciptaan istri Kang Dicky Candra, artis asal Garut. Anak Sunda ternyata yang bikinnya. Maka dari itu, tidak diragukan lagi akan kekhasan bahasa Sundanya padalagu tersebut. Langkah ini pun punya andil yang sangat besar dalam mencuatkan kalimat “Da, aku mah apa atuh?” apalagi dibawakan dengan lagu dangdut, atuh semakin akrab ditelinga masyarakat. Mantaaap.
Tapi sekali lagi, bukan itu yang hendak saya bagi kepada pembaca termasuk Anda. Yang ingin saya sampaikan dugi ka kepincut adalah tentang kekuatan atau power rendah hati yang sekilas tersirat dalam kalimat “Da, aku mah apa atuh?”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar